LANGKAH 1
KESALEHAN IBU DAN AYAH
Langkah pertama dan
yang paling penting adalah Kesalehan orang tua. Dengan kesalehan keduanya,
anak-anak akan menjadi baik. Anak-anak tumbuh sesuai yang dibiasakan orang
tuanya.
LANGKAH 2
MEMBERI ANAK NAMA YANG BAIK
Nama
memiliki pengaruh penting dalam membangun kepribadian, cara hidup, bahkan
lingkungan.
Ketika
Nabi -shalallahu alaihi wasallam- tiba di Kota Madinah, kota Madinah
masih bernama Yatsrib. Beliau menggantinya dengan nama Thoibah atau Madinah. Keduanya menunjukkan makna nama
yang baik. Nama yang baik itu sendiri pada dasarnya menjadi sumber pengharapan
yang baik. Karena itu, sudah seharusnya kedua orang tua memilih nama yang baik,
hingga menjadi penginspirasi kebaikan bagi anak.
LANGKAH 3
MENGAJARI MEREKA SYARIAT YANG MESTI DIKETAHUI
Anak
wajib diajarkan sejak dini perkara-perkara syariat yang harus diketahuinya,
seperti shalat, puasa dan yang sepertinya. Hal itu agar mereka tumbuh dengan
pertumbuhan yang saleh, seperti ungkapan:
“Belajar di waktu kecil seperti mengukir di atas
batu”.
LANGKAH 4
UKIR ANAKMU DENGAN ILMU
Anak-anak
memiliki karakteristik ingatan yang kuat. Sudah semestinya kita arahkan untuk
menuntut ilmu dan mengajari mereka perkara-perkara agama. Seperti menghafal
al-Quran al-Karim dan sunah nabi yang suci serta menanamkan aqidah yang benar.
LANGKAH 5
PRAKTEK KETELADAN
Suka meniru adalah karakteristik anak. Kita dapat melihat anak
meniru ibunya yang sedang shalat. Ikut rukuk ketika ibunya rukuk dan ikut sujud
ketika ibunya sujud. Serta hal-hal lain yang dapat kita saksikan siang dan malam.
Sudah
seharusnya kita mengarahkan peniruan itu dan memanfaatkannya dengan apa-apa
yang dapat menghidupkan jiwa mereka agar senang mengamalkan agama ini. Dengan
cara:
1. Menceritakan kisah-kisah
sahabat nabi, orang-orang saleh dan ulama.
2. Senantiasa menyertakan anak
pada setiap momen kebaikan agar dia menirunya , seperti pergi ke masjid dll.
3. Memperdengarkan kepadanya
kaset-kaset Islami yang bermanfaat dan sesuai dengan usianya.
4.
Melakukan sebagian ibadah di hadapannya, seperti
shalat dan sedekah.
LANGKAH 6
BIARKAN DIA BERMAIN, TETAPI TEMANI DENGAN TEMA-TEMA
AGAMA
Dikarenakan
bermain dan banyak bergerak adalah karakteristik anak, hendaknya permainan
diarahkan kepada sesuatu yang akan menambah kemaslahatan untuk mengamalkan
agama ini.
Banyak
gerak dan tidak bisa diamnya anak bukanlah aib, kesalahan atau tingkah tidak
terpuji. Justru memiliki banyak manfaat. Di antaranya menambah kesehatan,
kecerdasan dan keahlian anak sejalan dengan pertumbuhannya.
Anak
yang tidak bergerak, karena kejiwaan atau paksaan orang tua, akan berakibat
pada ketidakstabilan anak, minder, takut, rendah diri atau kesehatan yang
lemah, sebagai dampak dari perangai tersebut.
LANGKAH 7
SEMANGATI ANAK DAN SENANTIASA MEMOTIVASINYA
Pada
fase pertama anak –secara khusus- suka dengan ungkapan pujian dan sanjungan.
Ini memiliki pengaruh yang menakjubkan dalam jiwa anak. Dapat menjadi pendorong
untuk menguasai banyak hal. Demikianlah teladan Rasulullah -shalallahu
alaihi wasallam- dalam mendidik para sahabatnya memaknai agama ini.
LANGKAH 8
FANTASI DAN ARAHAN YANG SESUAI
Anak
pada fase awal memiliki keistimewaan suka berimajinasi dan banyak berfantasi.
Karena itu kita tidak boleh menuduh mereka berdusta atau menghancurkan fantasi
mereka dengan melecehkannya, karena akan berdampak negatif pada kepribadian
anak. Yang semestinya adalah menyalurkan fantasi itu dengan sejumlah kisah yang
dapat mengenyangkan keistimewaan itu dalam diri mereka, bisa didapat di
toko-toko buku Islam, sehingga secara tidak langsung anda telah menanamkan
akhlak dengan cara yang disukainya.
LANGKAH 9
LANGSUNG MENGARAHKAN KETIKA ANAK MELAKUKAN
KESALAHAN
Pada
fase awal, anak sulit membedakan mana yang benar dan yang salah, karena
sedikitnya pengetahuan dan ilmu mereka. Hal ini menuntut kita untuk mengarahkan
mereka ketika salah, membenarkannya serta melindungi mereka dari kejelekan,
seperti ghozwul fikri (Invasi pemikiran) dan ghozwul tsaqofi
(invasi budaya), dengan menyediakan alternatif yang sesuai agar tetap dapat
berkhidmat terhadap agama ini meskipun berada di bawah bayang-bayang kampanye
sengit dari musuh-musuh agama ini di seluruh belahan bumi.
Catatan yang mesti diperhatikan ketika menasihati
kesalahan:
1.
Hendaknya arahan mengandung kasih sayang terhadap
anak yang melakukan kesalahan.
2.
Menegur kesalahan tanpa masuk kepada kepribadian
anak, hingga hasilnya tidak menjadi kebalikannya.
3.
Memuji terlebih dahulu sebelum mencela, hal itu
akan membuat perkataan anda lebih didengar.
LANGKAH 10
MEMBERI JAWABAN DAN MENGARAHKAN DENGAN PENGARAHAN
YANG SESUAI
Yang
juga merupakan keistimewaan anak pada fase pertama adalah banyak bertanya
dengan pertanyaan yang memenatkan. Bagi setiap ayah dan ibu jangan menghardik
putra-putri mereka karenanya. Keistimewaan ini memiliki banyak manfaat:
1.
Membuka wawasan akal anak.
2.
Anak akan lebih dekat kepada orang tua.
LANGKAH 11
SUKA BERKOMPETISI
Pada
fase pertama, anak memiliki keistimewaan menyukai kompetisi di antara mereka.
Kita hendaknya mengarahkan kompetisi itu dalam perkara yang mulia
“Untuk yang demikian itu hendaknya orang
berlomba-lomba.”
(QS.al-Muthaffifîn:26)
Seperti
berkompetisi dalam ketaatan semisal: shalat, puasa dan amalan-amalan sunah
lain. Semua itu kita jadikan ajang kompetisi.
LANGKAH 12
MENJADI DERMAWAN DENGAN MENDAHULUKAN SAUDARANYA
KETIMBANG DIRINYA SENDIRI
Anak-anak
pada fase pertama memiliki keistimewaan menyukai kepemilikan. Itu merupakan
naluri yang melekat pada setiap anak manusia. Oleh karena itu kedua orang tua
hendaknya mengarahkan naluriah tersebut dengan menanamkan kebaikan kaum Anshar,
yang dipuji Allah dalam firman-Nya:
“Dan mereka mengutamakan
(orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam
kesusahan.”
(QS.al-Hasyr:9)
Yaitu
dengan itsar (mendahulukan orang lain). Menanamkannya pada diri
mereka dengan praktek langsung maupun tidak langsung, seperti dengan
menyampaikan kisah-kisah yang mendorong untuk melakukan itsar.
LANGKAH 13
PERHATIKAN PAKAIAN ANAK ANDA
Pakaian
penting dalam membentuk kepribadian anak. Sudah seharusnya kita
memperhatikannya agar sesuai dengan standar syariat yang sudah jelas tanpa berlebih-lebihan
maupun menyepelekannya. Karena itulah para Salafussoleh begitu perhatian dalam
hal ini dan tidak melalaikannya.
LANGKAH 14
TERAPILAH EMOSI ANAK
Pada
fase pertama, anak memiliki keistimewaan emosional baik pada perkara penting
maupun sepele. Di antara perkara penting yang perlu diperhatikan adalah sebagai
berikut:
1.
Takut.
Di antara kesalahan fatal yang
dilakukan oleh kebanyakan orang tua adalah menakut-nakuti anak dengan kegelapan
atau pencuri misalnya. Ini adalah perkara yang salah. Tidak seharusnya
ditakut-takuti seperti itu, karena akan berdampak buruk. Hal itu akan
menyebabkan gangguan kejiwaan, mengompol, depresi dan kelabilan. Justru
semestinya menciptakan suasana aman ketika bersama kita dan mengaitkan perasaan
takut hanya kepada Allah saja.
2.
Marah
Terkadang anak marah kepada
ayah dan ibunya. Di antara bentuk ekspresi dari kemarahan itu bisa dengan tidak
mau makan. Pemicunya bisa jadi hinaan dan kritik. Kemarahan seperti ini tidak
termasuk kedurhakaan, karena pada fase ini mereka belum mumayiz[1].
Jika putra dan putri anda marah, tinggalkan dia dan jangan ditanggapi.
Merupakan kesalahan besar memenuhi segala keinginannya hanya karena
kemarahannya. Yang semestinya adalah menjelaskan kepadanya mengenai
kesalahannya dengan cara yang sederhana ketika dia sudah mulai tenang.
Kita
juga mesti mendidik anak kita jika kita marah. Kita akan marah jika berhubungan
dengan hak-hak Allah. Raut wajah akan berubah jika melihat kemungkaran yang
tidak bisa diubah baik dengan lisan ataupun tangan.
LANGKAH 15
DIDIK AGAR MEMILIKI KECEMBURUAN TERHADAP AGAMA
Sudah
semestinya para orang tua mendidik putra-putrinya agar memiliki kecemburuan
terhadap agama ini, dan itu adalah metode yang dilakukan oleh generasi salaf[2]
umat ini dahulu.
Langkah-langkah praktis menghidupkan kecemburuan
terhadap agama pada jiwa putra-putri kita:
1.
Menceritakan kisah-kisah dan permisalan-permisalan
anak-anak kecil di masa Sahabat dan Tabi’in akan betapa besarnya kecemburuan
mereka terhadap agama ini.
2.
Biarkan mereka menyaksikan apa yang dilakukan
musuh-musuh agama ini terhadap anak-anak seusia mereka dari anak-anak kaum
muslimin; seperti yang terjadi pada anak-anak di Palestina.
3.
Menyemangati dan memotivasi dengan pemberian
hadiah.
LANGKAH 16
KECENDERUNGAN UNTUK MEMILIKI KETERAMPILAN
Pada
fase pertama, anak memiliki karakteristik kecenderungan menguasai keterampilan.
Hendaknya kita memanfaatkan kesiapan itu untuk menumbuhkan beberapa
keterampilan seperti keterampilan berpidato, menulis atau
keterampilan-keterampilan lain yang bermanfaat bagi kemajuan umat. Tidak
mengapa jika orang tua mengkhususkan waktu walau sehari seminggu untuk
mengadakan suatu acara yang dapat meransum dan memotivasi keterampilan itu.
Memberikan hadiah agar anak lebih merespons acara atau program itu.
LANGKAH 17
MEMPERKAYA PERKEMBANGAN BAHASA DENGAN CEPAT
Anak menikmati masa awal hidup mereka dengan
menyerap secara cepat kosakata bahasa yang diucapkan orang tuanya. Karenanya
kedua orang tua harus bersemangat untuk memperkaya putra-putri mereka dalam
sisi ini. Baik dalam pembicaraan di antara mereka atau ketika bercerita tentang
kisah-kisah Islami yang dikisahkan dengan bahasa formal sehingga dapat menambah
perbendaharaan bahasa mereka. Tidaklah lenyap bahasa Arab melainkan ketika kita
melalaikannya.
Pengetahuan
anak akan bahasa Arab membantu mereka dalam memahami makna kitab dan sunah.
Oleh karena itu kita harus konsentrasi pada sisi ini dengan perhatian yang
besar.
LANGKAH 18
PENEMU KECIL
Anak-anak
pada fase pertama suka membongkar pasang barang. Itu menyerupai perangai
seorang penemu dalam membongkar dan merangkainya kembali. Hal itu jangan
membuat kita menjadi emosi jika mereka membongkar atau merusak sesuatu. Hal itu
terjadi karena kita tidak memberi mereka alternatif yang sesuai. Semestinya
kita mengarahkan karakteristik tersebut dengan menanamkan kepada mereka hal-hal
penting, seperti keterkaitan kepada rumah Allah. Membongkar pasang dapat
membuka wawasan nalar dan akal mereka dan menjadikan mereka bersandar pada diri
sendiri sewaktu membongkar sesuatu dan memasangnya kembali.
LANGKAH 19
DICINTAI, DITERIMA DAN DIHARGAI
Anak-anak
butuh dicintai, diterima oleh kedua orang tua dan guru mereka. Sudah semestinya
ia merasakan bahwa dirinya adalah sumber kebahagiaan, pujian, kebanggaan ibu,
ayah, keluarga dan pengajarnya. Jika bicara, yang lain diam mendengar
pembicaraannya dan memberinya kesempatan luas. Dengan demikian ia akan merasa
diterima, dihargai dan terlihat kecintaan kedua orang tuanya padanya.
LANGKAH 20
MENYUGESTI KEBERHASILAN ANAK
Setiap
ayah dan ibu haruslah memiliki target. Targetnya adalah keberhasilan
putra-putrinya dalam kehidupan ini. Puncak keberhasilan dari keberadaan mereka
adalah terealisasinya penghambaan kepada Allah, Tuhan semesta alam sesuai
dengan al-Quran dan sunah. Tentu itu bukan berarti melalaikan keberhasilan
mereka dalam perkara duniawi
قال الله تعالى: {رَبَّنَآ
ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي
ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا
عَذَابَ ٱلنَّارِ} (البقرة : 201)
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (QS. Al-Baqarah:201)
Islam
pertengahan dalam kebutuhan ruh dan jasad. Tidak ada kerahiban
(kependetaan) mutlak tidak pula materialistik murni. Pertengahan dalam memenuhi
ransum ruh dan jasad bagi manusia. Anak-anak butuh motivasi keberhasilan hingga
sampai kepada tujuannya.
Memang
terkadang terdapat beberapa kendala, seperti perbedaan kemampuan dan
karakteristik setiap anak. Ayah dan ibu hendaknya memperhatikan keadaan ini
sehingga nantinya tidak membebani anak-anak dengan sesuatu di luar kemampuan
mereka.
Tidak
boleh sama sekali membebani anak dengan pekerjaan sulit melebihi kemampuannya
yang akan membuatnya gagal. Karena akibatnya ia akan merasa tidak mampu,
kecewa, lemah dan menahan diri untuk melanjutkan aktivitasnya, bahkan
menghindarinya.
LANGKAH 21
INTILAQ (MEMULAI)
Semestinya
setiap ayah dan ibu memberi kebebasan anak untuk bergerak. Mereka butuh
berjalan, berlari, berbicara, memanjat, melompat dan itu adalah tabiat
anak-anak yang normal. Yang saya maksud banyak bergerak. Merupakan kesalahan
mengekang tabiat tersebut. Ini penting sekali dari sisi kesehatan, karena
bergerak bermanfaat bagi pertumbuhan fisik, naluri dan memicu kecerdasannya.
LANGKAH 22
PERSIAPKAN UNTUK MEREKA TEMAN-TEMAN YANG SALEH
Manusia
secara tabiat naluriah suka bersosialisasi dan butuh kepada orang lain yang
mempergauli, berbicara dengannya, menyertai kegelisahan, kesedihan dan
kegembiraannya. Teman memiliki pengaruh yang amat besar dalam pembentukan
kepribadian anak. Orang dahulu mengatakan:
"Katakan kepadaku siapa temanmu akan aku katakan
siapa engkau."
LANGKAH 23
JADIKAN ANAK MANDIRI
Hendaknya
para orang tua membiasakan putra-putrinya mandiri dalam urusan-urusan pribadi
mereka dengan cara mereka sendiri. Merupakan kesalahan melayani segala
keperluan anak yang mampu mereka lakukan sendiri tanpa perlu batuan orang tua.
Karena akan berdampak pada:
1.
Ketergantungan kepada orang tua dalam memenuhi
segala kebutuhannya.
2.
Menghidupkan dalam diri anak kemalasan dan suka
menyuruh. Setiap yang mereka butuhkan senantiasa datang kepada mereka tanpa
kesulitan dan penat.
Berbenturan
dengan kenyataan. Karena pada kenyataannya tidaklah segala yang diinginkan bisa
didapat tanpa upaya untuk mendapatkannya.
LANGKAH 24
MENJADIKANNYA DAI KECIL
Sugestikan
pada diri anak jalan dakwah kepada Allah -azzawajalla-. Agar anak kita
menjadi dai kecil yang akan memancarkan cahaya dan penerangan. Kenapa tidak,
banyak contoh dalam terbitnya fajar Islam kisah anak-anak kecil yang memiliki
kontribusi cemerlang dalam berdakwah kepada Allah.
LANGKAH 25
KENALKAN ANAK DENGAN MUSLIHAT MUSUH-MUSUH AGAMA INI
Penting
mengenalkan putra-putri kita apa yang menjadi muslihat musuh-musuh agama ini
yang sesuai dengan daya nalarnya. Hal ini memiliki berbagai manfaat, di
antaranya:
1.
Agar dia mengetahui keburukan, sehingga dapat
menghindari dan menjauh darinya.
2.
Menghidupkan loyalitas pada diri anak, dengan
mengenalkan mereka bahwa motivasi muslihat musuh adalah kedengkian terhadap
Islam.
Menambah
kecintaan terhadap agama.
LANGKAH 26
PUTUS ASA ADALAH JALAN KEGAGALAN
Kepada
para ayah dan ibu janganlah mengenalkan jalan keputusasaan di hati anak-anak.
Karena orang tua memikul amanah yang besar, hendaknya bersabar dan berjalan ke
depan dalam mendidik putra-putrinya pendidikan Islami yang
benar, yang menuntun mereka
untuk mengamalkan agama ini dan merealisasikan cita-cita dari keberadaan mereka
yaitu mengibadahi Allah semata tanpa menyekutukan-Nya dengan sesuatu.
Hidup
senantiasa diselimuti banyak kendala dan kekurangan. Ketenangan abadi hanyalah
di negeri yang kekal akhirat. Adapun dunia, ia adalah negeri amal dan cobaan.
Kita hanyalah melintasinya untuk menuju negeri akhirat yang merupakan negeri
perhitungan dan balasan. Oleh sebabnya kenapa kita harus berputus asa?!
LANGKAH 27
HENDAKNYA BERSABAR
Kata
sabar di dalam al-Quran disebut lebih dari 70 kali. Ini menunjukkan betapa
penting dan besarnya kesabaran. Cita-cita dan harapan tidak akan tercapai tanpa
kesabaran menapaki kesulitan dan beratnya beban mendidik. Ia merupakan jalan
panjang yang dipenuhi kesulitan dan kepenatan. Para orang tua hendaknya
menyadari bahwa tanggung jawab ini berat, tidak sekadar menyediakan makan dan
minum saja, lebih dari itu. Hendaknya menghiasi diri dengan kesabaran,
mengenakannya dan menjadikannya moto dalam mendidik. Orang tua mendapat pahala
manakala disertai dengan niat yang saleh.
LANGKAH 28
BERKONSULTASI (BERMUSYAWARAH)
Berkonsultasi
amatlah penting dalam pendidikan anak. Ia merupakan tahapan pendidikan
terpenting dan salah satu fondasi pokok. Yang demikian karena ia memiliki
banyak manfaat dan hasil yang paripurna bagi yang mempraktekkan dan
memperhatikannya. Ia menjauhkan kita dari problematika yang sebetulnya solusi
dari problematika tersebut kita miliki. Oleh karena itu, kita hendaknya
berkonsultasi kepada spesialis dalam perkara ini dari para alim ulama yang terpercaya agama dan amalnya.
Al-Hasan
al-Bashri -rahimahullah- berkata:
"Demi
Allah, tidaklah suatu kaum bermusyawarah, melainkan diberi petunjuk kepada yang
lebih baik dari keadaan mereka semula." Kemudian dia membaca:
"...Sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka..." (QS.Syuro:38)[3]
LANGKAH 29
ISTIKHARAH (Meminta Petunjuk Kepada Allah)
Ia
merupakan petunjuk nubuat yang diajarkan Rasulullah kepada kita. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Jabir Ibn Abdullah -radiallahu'anhuma-:
"Rasulullah
mengajarkan kami istikharah dalam setiap perkara sebagaimana mengajarkan
kami surat dari surat-surat al-Quran dan bersabda:
"Jika salah seorang dari kalian ragu dalam
suatu perkara, hendaknya melakukan shalat dua rakaat sunah, lalu mengucapkan :
((اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ
بِعِلْمِكَ وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ
وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ
فَإِنَّكَ تَقْدِرُ وَلاَ أَقْدِرُ وَتَعْلَمُ وَلاَ أَعْلَمُ وَأَنْتَ
عَلاَّمُ الْغُيُوبِ اللَّهُمَّ إِنْ
كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ خَيْرٌ لِي فِي دِينِي وَمَعَاشِي
وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ - فَاقْدُرْهُ لِي
وَيَسِّرْهُ لِي ثُمَّ بَارِكْ لِي فِيهِ
وَإِنْ كُنْتَ تَعْلَمُ أَنَّ هَذَا الأَمْرَ شَرٌّ لِي فِي دِينِي
وَمَعَاشِي وَعَاقِبَةِ أَمْرِي - أَوْ قَالَ فِي عَاجِلِ أَمْرِي وَآجِلِهِ -
فَاصْرِفْهُ عَنِّى وَاصْرِفْنِي عَنْهُ
وَاقْدُرْ لِي الْخَيْرَ حَيْثُ كَانَ ثُمَّ أَرْضِنِي))
[Allahumma
inni astakhiruka bi ilmika, wa astaqdiruka bi qudrotika, wa as aluka min
fadhlikal adzhim, fa innaka taqdiru walaa aqdir, wa ta'lamu walaa a'alam, wa
anta 'allamul ghuyuub. Allahumma in kunta ta'lamu anna hadzal amro khairun lii
fii diinii wa ma'aasyi wa 'aaqibatu amrii –'aajili amrii wa aajilihi- faqdurhu
lii, wa yassirhu li tsumma baarik lii fiihi, wa in kunta ta'lamu anna hadzal
amro syarrun lii fii diini wa ma'aasyi wa 'aaqibatu amri –'aajili amrii wa
aajilihi- fashrifhu 'anni washrifnii 'anhu, waqdir lialkhairo haitsu kaana
tsumma ardhinii bihi. ][4]
Tidak
akan menyesal siapa pun yang beristikharah (meminta petunjuk) kepada
Sang Pencipta dan bermusyawarah kepada kaum mukminin serta mempelajari
permasalahannya. Allah -subhânahu wata'âla- berfirman:
"…dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu. Apabila kamu telah membulatkan tekad, bertawakkallah kepada
Allah."
(QS. Ali Imran:159)
LANGKAH 30
BERDOA KEMUDIAN BERDOA
Wahai
para ayah yang baik dan ibu yang penyayang, atas kalian berdoa, kemudian
berdoa; agar Allah memberi kalian taufik dalam mendidik anak-anak kalian dengan
pendidikan yang saleh yang mengarahkan mereka berkhidmat kepada agama yang
agung ini.
Doa
memiliki peran yang amat penting dalam kesalehan dan kebaikan anak. Berapa
banyak doa yang bertepatan dengan waktu pengabulan menjadi sebab kebahagiaan
anak di dunia dan akhirat. Dan berapa banyak pula doa yang menyimpangkan jalan
anak yang menjadikannya menapaki jalan sesat dan menyimpang. Sungguh demi
Allah, berdoalah dengan doa yang saleh dan jangan meninggalkan langkah-langkah
yang telah disampaikan sebelumnya.
â Sekaligus
untuk tidak memberi kesempatan mereka mendapatkan maklumat salah yang mereka
serap dari sumber yang keliru seperti tv dan sebagainaya.
[1]
Belum dapat membedakan
antara kebenaran dengan keburukan yang sederhana.
[2]
Salaf secara harfiah
artinya terdahulu. Maksudnya adalah tiga generasi pertama Islam; generasi sahabat
Nabi, Tabi’in dan Tabi’ut tabi’in -pent.
[3]
Al-Bukhari, al-Adab
al-Mufrod.
[4]
Al-Bukhari no.6382. Kitab
ad-Da'waat ( doa) bab: Du'a 'Inda Istikharah (doa ketika beristikharah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar