Setiap manusia
pastilah pernah berhadapan dengan masalah. Masalah yang berbeda pada setiap individu,
masalah yang hadir sekalian dengan solusinya, masalah yang telah DIA sesuaikan
untuk setiap hambanya. Hingga sebenarnya
tak ada masalah yang di luar kemampuan kita untuk memikulnya.
Ramadhan akan segera datang. dilanjutkan Wajah ceria menyambut Idul fitri. Gempita yang ditunjukkan adalah
gambaran keceriaan bahwa yang berpuasa telah mampu meraih kemenangan.
Namun tak hanya
semangat sambut Idul fitri dengan tawa riang dan keyakinan akan keberuntungan,
introspeksi diri akan segala salah dan kalah tentu selalu hadir.
Benarkah kita telah
“menang”? , benarkah kita telah layak mendapat piala kesuksesan Ramadhan ?, benarkah kita telah memanfaatkan kesempatan emas Ramadhan kemarin?,
dan beribu pertanyaan yang patut kita tanyakan pada diri kita sendiri.
Harap
(Roja’) dan takut (Khauf) laksana dua sayap kehidupan. Saling menopang, saling
berpadu. Harapan memunculkan optimisme dan rasa takut atau kekhawatiran
mendorong manusia untuk melakukan amal-amal baik.
Maka hanya
berharaplah dengan Rahman dan Rahim-NYA, Allah akan menerima ibadah kita, namun
sisipkan pula kekhawatiran bahwa kita hanya “bermain-main” saja dengan dunia
ini. Hanya menahan lapar dan haus belaka.
Duhai Ramadhan,
rasanya tak purna kami memanfaatkan limpahan kebaikan di bulan itu. Ibadah kami
masih sedikit, amal kami masih ternoda hasad, iri, dengki, kikir juga prasangka
buruk. Rasa malas dan lemah masih saja meraja. Duhai
Ramadhan masihkan kita dapat berjumpa kelak?, sementara rahasia umur kami hanya
menjadi milik Allah SWT semata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar